Wednesday, February 14, 2007

Menulis Menyelamatkan Hidup Saya

Oleh: Caryn Mirriam-Golberg, Ph.D.

"Saya berusia 14 sewaktu duduk di tangga beton depan apartemen sahabat karib saya yang segera akan menjadi mantan sahabat saya. Kami baru saja bertengkar hebat. Di rumah, kedua orangtua saya menghadapi perceraian terburuk abad ini, (begitulah pikir saya) telah membuat batas dengan membagi dua rumah kami, dan saya tidak yakin harus berada di sisi mana. Saya pikir, hidup saya hancur, dan saya tidak tahu harus berbuat apa."


"Maka saya pun mulai menulis."


Puisi pertama saya, tidak mengherankan, yaitu tentang bagaimana seseorang dapat berubah menjadi sangat kejam. Begitu pula dengan puisi saya yang kedua dan yang ketiga. Namun, saya mulai merasa ketakutan saya berkurang, tidak terlalu merasa sendiri. Saya menyukai perasaan ini, maka saya pun terus menulis.


Saya percaya, dengan menuangkan pikiran, mencegah saya terlalu banyak berpikir untuk bunuh diri di saat-saat sulit dan sedih. Sebagai seorang remaja, saya bertanya-tanya, apakah saya layak hidup, dan menulis membantu saya memahami luka hati saya.


Menulis membantu saya untuk berkonsentrasi dengan menunjukkan kepada saya mengenai cara melamun yang lebih baik -- dan di atas kertas. Menulis juga membantu saya dalam memahami banyak mata pelajaran di sekolah.


Menulis, ketika itu dan sekarang, membantu saya merasakan- kadang-kadang sakit, sering kebingungan, selalu bimbang, dan sekali- sekali benar-benar gembira.


Selama 25 tahun terakhir, saya terus menulis -- kadang cepat dan tidak rapi, kadang selambat lalulintas yang macet. Kini, saya punya rak-rak yang dipenuhi catatan harian, dan laci-laci yang dipenuhi puisi, esai, cerita, dan surat-surat. Menulis telah menyelamatkan hidup saya.


Menulis membuka hati saya, dan dalam prosesnya, saya mulai menemukan diri saya sendiri. Yang terpenting, menulis membawa saya pulang. Saat mengisi catatan harian, saya merasa hidup ini berarti. Saya merasa menjadi bagian dari halaman-halaman kertas itu dan merasa diterima di sana. Tak seorang pun dapat merebut perasaan ini dari saya.

No comments: