Friday, June 27, 2008

Mitos Kepenulisan Buku Anak

Dari tulisan yang di bawah, seakan kebayang bawah menulis cerita anak itu gampang, apalagi anak-anak kan gampang dialihkan perhatiannya atau dipengaruhi. Ternyata menulis cerita anak juga banyak tantangannya. mitos dibawah dari kumpulan input di internet.

Mitos: Buku cerita anak lebih mudah ditulis daripada novel dewasa.

Kenyataan: Kepenulisan yang baik biasanya sulit, tak peduli untuk usia berapa buku tersebut ditujukan. Terlebih lagi, anak-anak patut mendapatkan buku yang terbaik.


Mitos: Buku anak bergambar adalah buku cerita yang paling mudah ditulis.


Kenyataan: Buku anak bergambar malah mungkin yang tersulit, karena mereka membutuhkan tulisan yang ringkas tapi bermakna, sederhana dan gambar yang cocok.


Mitos: Penulis buku anak harus menulis untuk majalah terlebih dahulu.


Kenyataan: Menulis untuk majalah dapat mengajar anda banyak hal, tetapi hal itu sangat berbeda dengan kepenulisan buku. Meski pengalaman menulis di majalah akan menambah kredibilitas anda, tetapi tetap bukanlah sebuah jaminan, tulisan anda akan menjadi baik dan diterima oleh editor.


Mitos: Penulis buku anak harus menjalani sebagai guru sekolah untuk anak-anak kecil.


Kenyataan: Penulis buku anak yang baik bukanlah seorang pengkotbah. Melainkan seorang pendidik yang mengajar tentang kehidupan, yang fokus pada masalah anak.


Mitos: Karena anak saya, tetangga bahkan murid-murid saya suka akan cerita saya, maka buku cerita itu akan menjadi best seller.


Kenyataan: Mungkin anak, tetangga dan murid-murid anda sudah mengenal anda dan menyukai cerita anda. Tetapi seorang editor mungkin akan mempunyai penilaian yang lain.


Mitos: Menulis dengan ritme yang sama akan membuat cerita anak lebih menarik.


Kenyataan: Menulis cerita anak dengan ritme yang sama, biasanya sulit, seorang editor mungkin menilai kurang menarik. Sebaiknya jangan menulis cerita dengan ritme yang sama.


Mitos: Saya harus menemukan seorang penggambar untuk buku cerita saya.


Kenyataan: Editor biasanya akan mencari seorang penggambar profesional yang menurutnya akan menggambarkan cerita anda dengan baik. Kecuali anda mengenal seorang penggambar yang baik, anda dapat mengirimkan hasil karyanya kepada editor.


Mitos: Kesempatan saya akan lebih baik jika saya mengirimkan tulisan saya kepada penerbit kecil.

Kenyataan: Tidak benar juga. Jika buku anda sangat spesial, hal itu masih mungkin. Penerbit kecil akan menerbitkan buku lebih sedikit dan harus benar-benar diseleksi dengan baik buku yang hendak diterbitkan. Penerbit besar mungkin masih mau memgambil kesempatana itu.


Mitos: Ketika mengirim naskah, saya harus melindunginya dari pencurian ide.

Kenyataan: Pencurian ide dari penerbit sangat jarang. Ide sangat banyak ragamnya, editor akan lebih suka kepada penulis yang kreatif. Hukum hak cipta akan melindungi pekerjaan anda, baik anda sudah mendaftarkan atau belum.


Mitos: Lebih lama sebuah penerbit menjawab, menandakan mereka tertarik dengan naskah saya.


Kenyataan: Bisa jadi naskah anda hilang atau hanya menjadi tumpukan naskah yang tak terbaca. Beberapa penerbit mungkin baru melihat naskah anda setelah tergeletak 6 bulan atau lebih. Tanpa jawaban lebih dari setahun, anda tahu jawabannya. Naskah anda kurang menarik.


Mitos: Setelah naskah pertama saya terjual, penerbit yang sama akan membeli lagi dari saya.


Kenyataan: Mungkin, mungkin tidak. Buku bergambar biasanya tergantung pada editor secara indvidu. Kecuali jika buku tersebut sukses luar biasa.


Mitos: Ketika saya dapat menjual buku saya, maka saya dapat hidup dari tulisan saya.


Kenyataan: Tidak sedikit penulis yang ditunjang hidupnya dari hasil menulis. Banyak juga yang yang menulis sambil bekerja paruh waktu. Untuk mengatasi kebosanan. Penulis lainnya ada yang melakukan tampil di toko buku menanda tangani bukunya atau mengajar.


Mitos: Jika saya menulis dengan baik, saya yakin saya akan sukses.


Kenyataan: Kepenulisan yang baik harus diiringi dengan pemasaran yang baik dan agresif. Jika tidak, anda tidak akan pernah menemukan editor yang baik memasarkan buku anda atau pembaca yang peduli dengan buku anda.

Wednesday, June 25, 2008

Bacaan Anak

Minggu kemaren mengantar putri ke perpus umum. Karena sudah lama tidak meminjam buku di perpus umum, gw jadi lupa berapa buku yang boleh kita pinjam dalam sekali datang. Setelah bertanya, jawabannya cukup mengherankan gw. Kita boleh meminjam 25 buku dalam waktu tiga minggu. Wow! Bagi kutu buku, itu tawaran yang cukup menggiurkan. Jadi hampir setiap hari pasti ada buku bacaan yang menanti.

Gw merenung sebentar, bagaimana pemerintah Amrik Utara pada umumnya menyadari bahwa untuk mencerdaskan bangsa tidak bisa tidak harus menyediakan fasilitas yang sebaik-baiknya bagi rakyatnya. Sayang kalau keinget tanah air atau negara-negara berkembang laennya, dana yang harusnya bisa disalurkan untuk membangun fasilitas bagi rakyat, tapi malah masuk kantong sendiri. Menyedihkan.

Kayak perpus umum yang gw kunjungi, demikian lengkap dan megahnya, itu hasil keringat uang dari rakyat, yang dikelola pemerintah dikembalikan untuk rakyat. Maka rakyat pun menikmatinya. Tidak heran pula waktu mengunjungi toko buku banyak buku yang terbit, dan bermunculan pula penulis-penulis baru. Khususnya gw kalau melihat pada buku anak-anak. Luar biasa. Seperti kagak ada abis-abisnya.

Ini juga hasil dana yang dikelola pemerintah, untuk mendirikan rumah pendidikan alias sekolah untuk dapat memandaikan anak bangsa, dan bagi yang berbakat menulis tidak menutup kemungkinan untuk melanjutkan belajarnya untuk menjadi penulis handal. Dan banyaklah sekolah yang melahirkan penulis-penulis muda atau baru.

Buku cerita anak. Anak-anak kayaknya tidak dapat lepas dari dongeng. Tanpa diajar seorang anak akan suka mendengarkan dongeng. Maka penulis buku anak-anak sangat prospek sekali. Dan hal itu tidak pernah habis. Karena selama masih ada anak, maka cerita dongeng pun akan menjadi media yang berharga. Buku cerita anak bukan lagi santapan anak kecil. Buku seperti Harry Potter, Narnia, tidak sedikit orang dewasa yang ikut membaca seperti hal anak mereka.

Menulis cerita dongeng rasanya lebih mudah daripada menulis roman atau novel dewasa yang penuh dengan intrik, yang perlu cerita yang berbeda, supaya tidak membosankan. Cerita anak biasanya lebih sederhana. Seperti pemikiran anak yang masih polos. Tidak terlalu panjang, supaya tidak membosankan. Apalagi yang banyak gambarnya berwarna-warni. Pasti asik. Meski alur cerita yang seru akan lebih banyak menarik, terutama bagi anak yang beranjak bertambah usia, 8-12 tahun dan selanjutnya.