Wednesday, February 28, 2007

Bos dari Neraka

Oleh: Jessica Jernigan

Tulisan Lauren Weisberger yang trendi, menarik dan mudah dicerna tentang dunia mode The Devil Wears Prada yang bercerita tentang Andrea Sachs yang berkenalan dengan gemerlapnya dunia modis. Baru saja lulus dari akademi, Andrea mendapat pekerjaan sebagai asisten Miranda Priestly, yang mempunyai kedudukan tinggi, yang permintaannya harus dituruti dan editor yang sadis dari Runway, salah satu majalah mode yang sangat terkenal. Setiap orang mengatakan bahwa Andrea sangat beruntung mendapatkan perkejaan dari seseorang yang sangat berpengaruh seperti Miranda, tetapi bagi Andrea tidaklah demikian. Mengambil hasil cucian baju bosnya, meski cucian itu bermerk terkenal seperti Chanel, Celine, dan Calvin Klein, tetapi hal itu bukanlah pilihan yang diimpikan oleh Andrea.


Sebelum novel perdananya, Lauren telah bekerja di majalah mode Vogue selama setahun sebagai asisten editor dari Anna Wintour. “Aku selalu ingin bekerja di majalah.” katanya. “Aku senang majalah dan menulis di majalah. Ketika aku baru saja lulus, aku mendapatkan pekerjaan di Vogue, aku sangat senang banget.” Kolumnis gosip, dan sebagai orang dalam di industri mode merupakan pengalaman Weisberger yang dituangkan dalam novelnya tersebut.


The Devil Wears Prada menunjukkan bahwa bekerja dengan bos yang menginginkan kesempurnaan adalah suatu tantangan. Jawaban “Tidak” atau “Saya tidak tahu bagaimana caranya,” atau “Saya tidak dapat melakukannya,” merupakan bukan suatu pilihan. Jika Anda dapat belajar dari realita, hal itu merupakan pengalaman yang menakjubkan yang akan Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu fenomena untuk belajar.


“Ketika seseorang berkata kepadaku, “Itu tidak mungkin. Tidak dapat dilakukan,” Aku akan menjawab, “Oh aku yakin, hal itu dapat dilakukan.”


Weisberger masih bekerja di majalah ketika dia menjadi seorang novelis, hal itu tidak sengaja. “Aku tidak pernah memutuskan untuk menulis sebuah novel; aku tidak mempunyai rencana untuk menulis sebuah buku. Aku mengikuti loka karya kepenulisan, dan setiap minggunya kita diwajibkan menulis 15 sampai 20 halaman yang kemudian akan dievaluasi (dikritik). Setiap murid menganggap hal ini tugas yang serius, ada yang menulis tentang penyakit kronis, tentang masalah perkawinan; dan waktu itu aku masih muda dan tidak mempunyai pengalaman seperti yang lainnya, jadi aku memutuskan untuk menulis hal yang menyenangkan, cerita pendek mengenai tempat kerja yang membuat pusing kepala, tentang kegilaan dari dunia mode.


“Teman yang lain menanggapi tulisanku, sebagian aku kira karena hal itu sangat berbeda dengan yang lain. Mungkin mereka akan berpikir, ‘Ini bukan tulisan yang bagus, tetapi enak untuk dibaca.’ Hal itu membuatku semangat, setelah aku menulis kira-kira 75 halaman, guruku menganjurkan untuk mulai menunjukkan hasil karyaku kepada banyak orang. Novel The Devil Wears Prada dimulai dari sana.” Dan ini merupakan impian setiap penulis. “Ya aku tahu.” katanya dengan tertawa. “Aku sangat beruntung.”


Meskipun berbeda, Weisberger terus berspekulasi tentang kemiripan antara mantan bosnya Anna Wintour dan ciptaan khayalannya. Seperti Wintour, Miranda Priestly tak terbantahkan dan tanpa cela adalah ekspatriat Inggris yang merupakan teman akrab dari Oscar de La Renta dan Donatella Versace, dan yang penampilannya sering di muat di halaman 6 dari New York Post.


Weisberger menyimpulkan bahwa The Devil Wears Prada bukanlah roman yang merdu untuk didengarkan. Dia malah menuliskan sanggahan malu-malu kucing di halaman bukunya: Ketika Anna Wintour sendiri hadir secara singkat, renung Andrea, "pers sangat senang untuk membandingkan kenyentrikan dan sikap dari Anna dan Miranda, tetapi aku merasa itu mustahil mempercayai bahwa siapa saja bisa tidak tahan dengan bosku." Novel The Devil Wears Prada telah terbit, hanya pembaca yang dapat menjawabnya."

1 comment:

AEIOU said...

Pengalaman Lauren Weisberger cukup menarik sebagai penulis best seller dan salah satu yang dapat disimpulkan bahwa kita pengen menjadi penulis yang beken salah satu caranya harus dimulai dari disiplin. Buat PR kita untuk latihan menulis kayak Lauren. Semakin banyak latihan rasanya tidak menutup kemungkinan, kita bisa jadi penulis yang mantap. Tidak lupa abis nulis tunjukin karya kita pada banyak orang. Kalau dikritik terima aja. Namanya aja belajar kan.