Wednesday, May 23, 2007

Dari Buku ke Layar Perak: Bridge to Terabithia

Oleh: Annabelle Robertson (& sumber internet)

“Imajinasi sering membawa kita ke dunia yang tidak pernah kita alami.” Demikian tulis penulis terkenal Carl Sagan, “Tetapi tanpanya kita tidak pernah mencapai sesuatu.”


Katherine Paterson mengerti akan hal itu. Penulis buku anak-anak yang telah memenangkan Newberry Award (penghargaan pada buku yang mempunyai imajinasi yang kuat). Bridge to Terabithia pertama kali diterbitkan pada tahun 1978 menjadikan literatur klasik, menjadikan Paterson sebagai salah satu penulis buku anak-anak yang digemari pada abad ini. Dan tahun ini si telinga anjing telah sampai ke layar perak dengan inkarnasi modern.


Salah satu tujuan penulisan buku Bridge to Terabithia ditujukan untuk David Lord Paterson, salah satu anak Katherine Paterson, yang menceritakan tentang Jess Aarons, seorang anak laki yang berusaha untuk menjadi seorang pelari tercepat di sekolahnya. Tetapi Jess dikalahkan oleh seorang anak baru di sekolahnya, dan anak itu adalah seorang gadis.


Leslie Burke nama gadis itu, dan mempunyai segalanya. Kaya, pandai dan pelari cepat. Tetapi ketika Jess membawa Leslie ke tanah imajinasi para raja, ratu, raksasa dan mahkluk oger, Jess baru menyadari bahwa Leslie bukan seperti yang dia sangka, Jess menemukan teman yang sejati. Bukan itu saja, permainan yang sama mereka sukai akan mengajar mereka tentang kebenaran dalam hidup.


Bridge to Terabithia dibawa ke layar perak oleh David, putra dari Paterson, yang rupanya mengikuti jejak ibunya. Katherine Paterson adalah seorang mantan misioneri dan istri dari hamba Tuhan gereja Metodhist yang telah pensiun menceritakan sedikit latar belakang tulisannya.


Bagaimana perasaan Anda melihat buku anda menjadi sebuah film?

Sejujurnya, ketika saya menulis novel, saya tidak pernah tahu bahwa ada orang lain yang mengerti tulisan saya dan saya tidak pernah bermimpi akan menjadi buku klasik, bahkan akan berkembang seperti ini. Hal itu merupakan suatu keajaiban, mungkin karena buku itu bercerita tentang kehidupan dari pembaca itu sendiri, sehingga seakan pembaca sendiri yang mengalami seperti apa yang ada di buku.


Anda juga telah menerbitkan dua buku tentang malaikat yang mana ditulis ketika suami anda ingin membacakan sebuah buku pada jemaatnya pada malam Natal, tetapi dia tidak dapat menemukan buku yang cocok. Apakah cerita tentang malaikat itu merupakan tulisan dimana anda memulai karir anda dalam menulis?


Saya tidak menerbitkan novel apapun ketika saya memulai menulis cerita tersebut. Saya pernah menulis sebuah buku untuk gereja protestan, sebuah cerita untuk pelajar kelas 5 dan 6. Tetapi saya suka menulis, maka saya memutuskan untuk menulis. Saya juga pernah menerbitkan sebuah cerita di sebuah majalah dari gereja Katolik. Tetapi itu merupakan perjalanan tujuh tahun saya menulis sebelum saya menerbitkan buku. Dan saya selalu menjadi seorang pembaca.


Mengapa anda memutuskan menulis dengan tema anak-anak dan remaja?


Terus terang saya tidak tahu apa yang saya tulis. Tak seorang pun mengajar saya dalam menulis. Saya pernah menjadi misioner di Jepang dan merasa percaya diri dengan seting cerita disana. Seperti saya kembali ke Jepang. Jadi saya menulis tiga novel saya yang pertama. Tetapi saya tidak membuat keputusan yang matang. Selama tujuh tahun saya menulis tetapi tidak pernah diterbitkan. Dan saya menulis banyak hal dari fiksi, non fiksi, puisi, artikel. Kemudian seorang teman dari Maryland (Amerika) memperlihatkan tulisannya. Dia membawa saya ke kelas menulisnya pada sekolah malam. Mereka menawarkan pelajaran menulis cerita anak, dan saya memutuskan untuk mengambil pelajaran itu. Saay pun memulai menulis cerita anak. Saya menulis satu cerita setiap minggunya. Atau kata lainnya saya dapat menulis satu bab setiap minggu. Demikian saya menulis novel saya yang pertama dengan 14 bab, tetapi saya tulis dengan penuh disiplin.


Bagaimana dengan cerita malaikat?


Anda tahu, ada yang lucu mengenai cerita tersebut. Pertamanya saya akan kirim ke penerbitan buku dengan denominasi yang sama dengan gereja saya, tetapi mereka berkata, “Tak seorang pun mau membaca tentang malaikat lagi.”


Tentu penerbit itu akan menyesal jika dia tahu cerita anda akan menjadi sukses.


Ya. Tetapi saya pikir penerbit Kristen takut menerbitkan cerita fiksi. Karena imajinasi dapat keluar dari ajaran tradisi. Akhirnya saya menunjukkan tulisan saya ke sebuah penerbit dan dia berkata dia ingin menerbitkannya.


Berapa anak Anda, dan bagaimana Anda membagi waktu menulis dan waktu mereka dan waktu sebagai seorang istri pendeta?


Saya mempunyai dua orang anak kandung saya dan dua orang anak angkat. Anda tidak akan menunggu untuk mendapatkan inspirasi menulis ketika Anda mempunyai anak. Lakukan segera apa yang Anda dapat tulis.


Lalu bagaimana dengan Bridge to Terabithia, bagaimana Anda mendapatkan inspirasinya?

Ketika anak kami David berumur tujuh tahun, dia mempunyai seorang teman baik bernama Lisa Hill, berusia delapan tahun, meninggal dunia tersambar oleh petir. Dari persahabatan itu saya mendapatkan ide, saya mencoba menulis dan memilah-milahnya. (maka tidak heran di cerita Bridge to Terabithia, tokoh Leslie meninggal dunia)


Bagaimana Anda tahu persahabatan mereka?


Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan, anak-anak mempunyai kehidupan pribadi juga. Saya mengembangkan tulisan saya dari masa anak-anak saya. Saya tinggal dibanyak tempat karena kami sering berpindah tempat dan saya selalu membuat tempat rahasia bagi saya pribadi. Saya mempunyai tiga saudara perempuan dan seorang saudara laki tetapi saya berada di tengah, jadi saya bermain sendiri. Saya mengarang cerita sendiri dan memainkannya sendiri.


Bagaimana perasaan Anda ketika buku Anda diterbitkan?


Saya tidak dapat mempercayainya. Saya berpikir itu buku pribadi saya. Saya tidak yakin kalau editor akan menerbitkannya. Lalu setelah diterbitkan, saya masih juga tidak percaya dengan tanggapan dari pembaca.


Apa yang terjadi ketika Anda tahu bahwa buku Anda sukses?


Bridge to Terabithia memenangkan penghargaan Newberry pada bulan Januari, setelah diterbitkan pada musim gugur. Pada saat itu, mereka menelpon Anda, dan telpon berdering pada jam lima pagi. Seorang teman memenangkan pernghargaan yang sama, suaminya membuka sebuah botol anggur pada pagi hari itu. Tetapi tidak demikian dengan suami saya, dia turun ke bawah dan memberikan saya segelas susu.


Putra Anda David menjadi salah seorang penulis skripsi dari film Bridge to Terabithia. Tentu dia mempunyai latar belakang yang kuat dalam bidang literatur. Apakah Anda membimbing dia untuk menjadi seorang penulis?


Tidak, dia seperti saya. Dia tidak tahu apakah dia akan menjadi seorang penulis atau tidak. Dia suka menggambar. Dia akan menikahi Mary (anak angkat saya).


Apakah film itu ide David?


Dia berkata kepada saya bahwa dia sudah mengerjakan hal itu selama tujuh belas tahun. Saya berkata hal itu tidak mungkin. Tetapi dia membantah bahwa dia akan menunggu Walden Media, karena dia berpikir tidak banyak perusahaan film menyukainya. Siapa yang ingin memfilmkan buku anak-anak? Ternyata Walden yakin banyak orang akan menonton film yang diangkat dari buku anak-anak tersebut.


Apakah Anda mempunyai kekuatiran bahwa film tersebut akan berbeda dengan buku Anda?


Salah satu kekuatiran saya adalah lokasi Terabithia. Selama tigapuluh tahun pembaca akan mempunyai imajinasi sendiri tentang Terabithia. Saya mengerti film dan buku tidak dapat 100 persen sama, tetapi yang saya harapkan tidak selisih banyak. Saya mengerti bahwa Terabithia pada tahun 70 an tidak sama dengan Terabithia tahun 2007.


Apakah Anda juga berkecimpung dalam produksi film tersebut?


Saya sangat mempercayai David, dan beberapa kali dia meminta saya untuk menulis surat atau menelpon. Dan itu yang membedakan Walden dengan media yang lain, mereka masih memandang kepada penulis.


Sejauh mana David ikut ambil bagian dalam produksi film?


Tentu Anda tahu jika Holywood membuat film, mereka akan membuat sedramatis mungkin untuk mempengaruhi emosi penonton. Tetapi saya menginginkan semangat dan ide cerita yang saya ambil dari kisah nyata itu tidak hilang begitu saja. Ketika saya melihat pemutaran film sebelum beredar untuk penonton, saya merasa puas, bahwa film tersebut tidak jauh dari bukunya, dan masih setia pada ceritanya.


Kapan Anda mengetahui bahwa Anda ingin menjadi seorang penulis?

Sebenarnya saya tidak mempunyai keinginan untuk menjadi seorang penulis. Sejak umur sepuluh saya bercita-cita untuk menjadi bintang film atau misioner. Ketika saya berusia duapuluh saya ingin menikah dan mempunyai banyak anak. Anda tahu bahwa saya lahir di keluarga misioner ketika orang tua saya betugas di Tiongkok, tepatnya di Sanghai.


Kapan Anda mulai menulis?


Seingat saya ketika waktu saya berusia tujuh tahun saya sangat rindu ayah saya, karena beliau harus keluar untuk misi sedangkan saya hanya tinggal dirumah. Maka saya mulai menulis surat kepada ayah saya. Dan dalam keadaan perang antara Tiongkok dan Jepang maka kami harus kembali ke Amerika, dan harus berpindah-pindah kota karena kami hendak kembali ke Tiongkok setelah perang berakhir. Penantian kami masih lama rupanya, tetapi kebiasaan saya untuk menulis surat masih berlangsung. Hingga saya masuk ke perguruan tinggi, saya suka membaca buku dan menjauhi matematika.


Mungkin hidup saya sebagai seornag penulis dimulai pada tahun 1964. Gereja protestan dimana saya merasa berhutang kepada mereka karena mereka telah membiayai saya sewaktu saya menjadi seorang misioner di Jepang, meminta tolong saya untuk membuat materi kurikulum untuk kelas lima dan enam. Dari sana saya disibukkan dengan proyek tulis menulis tersebut.


Hal itu membuat saya ‘terikat’ olehnya dan saya menyukainya. Dan saya tidak menyadari kalau tulisan saya waktu itu tidak bagus, tak ada penerbit satu pun yang mau menerbitkan buku saya. Maka seorang teman di Maryland merasa kasihan pada saya dan mengajak saya untuk mengikuti sekolah kepenulisan pada malam hari.


Bagaimana Anda dapat menulis cerita seperti Bridge to Terabithia?


Pertama, karena saya cinta cerita fiksi dan saya membaca buku fiksi daripada non fiksi. Kedua, saya ingin berbagi cerita dengan anak-anak untuk mengerti apa arti hidup bagi mereka. Saya ingin anak-anak mengerti akan realita kehidupan yang sebenarnya. Maka itu saya membuat cerita seperti sebuah jembatan dari cerita imajinasi dan cerita kehidupan sebenarnya.


Nama Terabithia, saya pikir saya ambil dari buku CS Lewis, ‘Voyage of the Dawn Treader’ yang mengambil nama pohon tarbantin (Kejadian 12:6; 13:18: 14:13).


Apakah Anda mempunyai nasehat bagi penulis pemula dan bagaimana jika mereka mendapatkan masalah?


Saya hanya mengingatkan, kembali ke dasar kepenulisan. Tetaplah membaca. Mulailah menulis. Jika anda menemui kesulitan dalam menulis, luangkan waktu melakukan hal lain yang anda sukai selain menulis. Kemudian kembali lagi menulis dengan semangat yang segar.

No comments: