Monday, November 24, 2008
Gimana Menulis Novel Dalam 100 Hari (7)
Gimana Menulis Novel Dalam 100 Hari (6)
Gimana Menulis Novel Dalam 100 Hari (5)
Tuesday, November 11, 2008
Gimana Menulis Novel Dalam 100 Hari (4)
Alice Munro adalah seorang penulis cerpen terbaik dalam bahasa Inggris. Bukunya terjual 300.000 eksemplar dalam setahun. Beliau merupakan salah satu pujaan atau contoh penulis yang baik dalam teknis dan gaya menulisnya. Dia juga terkenal dengan tulisan ceritanya yang kerangka yang rumit. Dia akan menulis kebalikan dari penulis pada umumnya, mulai dari cerita akhir, lalu maju ke sepuluh tahun kemudian, dan kembali ke masa sekarang. Alice Munro yang tinggal di Canada bagian selatan, mempunyai ciri khas dalam menulis yakni bercerita tentang orang-orang biasa, dengan rahasia, ingatan akan kekerasan, dan seksualitas mereka.
Kesimpulan, menulislah mulai dari lingkungan di sekitar anda, dari apa yang anda tahu dan peduli.
Gimana Menulis Novel Dalam 100 Hari (3)
Monday, November 10, 2008
Gimana Menulis Novel Dalam 100 Hari (2)
Pertama mungkin anda akan kesulitan menentukan jadwal tetap untuk menulis, apalagi jika anda disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, tetapi tetaplah konsentrasi menjaga komitmen anda untuk menjalankan misi anda, se-teratur mungkin.
Apa yang dimaksud dengan waktu yang detil? Sebagai contoh, dua jam di pagi hari, dua jam di malam hari (hari Senin hingga hari Jum'at) dan empat jam di pagi hari, empat jam di malam hari pada akhir pekan (hari Sabtu misalnya). Hari Minggu anda bisa gunakan untuk berlibur bagi diri atau keluarga anda. Dan tidak sedikit penulis novel yang ingkar janji pada dirinya sendiri. Maka pilihlah waktu yang benar-benar dapat anda lakukan, tanpa ada alasan apa pun yang akan menghalanginya.
Gimana Menulis Novel Dalam 100 Hari (1)
Hari Pertama
Editorial majalah New Yorker yang seorang penulis juga, E.B. White berkata, "Anjuran seorang penulis dengan mudah dapat mengagalkan seorang penulis pemula... saya kagum dengan seseorang yang mempunyai keberanian untuk menulis apa saja."
Di hari pertama seperti ini (jika anda mempunyai tujuan menulis novel), berjanjilah pada diri anda bahwa anda akan melakukan misi anda. Hal ini sangat penting. Tanpa komitmen tersebut, anda akan menghemat uang anda untuk membeli kertas dan pensil. Hal itu tak akan pernah terjadi (tanpa komitmen). Ingat, menulislah sesering mungkin (bahkan tiap hari). Itulah penulis (profesional) yang mereka lakukan..... mereka menulis.
Gambarkan, Jangan Menulis
Kita tahu kalau membaca itu berhubungan dengan imajinasi. Semakin pembaca dapat berimajinasi maka pembaca akan membaca buku tersebut dengan makin seru. Semakin bingung pembaca, maka tidak heran dia akan menutup buku tersebut alias kagak mau membaca lagi. Karena mungkin dirasakan buku tersebut membosankan atau membingungkan.
Maka waktu menulis 'diwajibkan' oleh para penulis profesional lebih baik untuk menggambarkan keadaan daripada menuliskan kalimat pendek dengan masud yang sama. Penggambaran tentunya tidak perlu harus bertele-tele, atau berputar-putar. Bukan saja pembaca makin bingung, anda atau penulisnya pun akan bingung.
Menulis atau menceritakan (telling) kadang bisa abstrak. Maksudnya penulis A, belum tentu pembaca mengerti maksud penulis tersebut. Bercerita biasanya menggunakan kalimat pasif. Dalam dunia tulis menulis disarankan lebih banyak menggunakan kalimat aktif daripada pasif. Tentu kalimat aktif akan lebih panjang daripada pasif. Tetapi pembaca akan lebih mengerti maksud penulis.
Menggambarkan, mempunyai sifat yang aktif dan konkrit. menciptakan gambaran mental yang akan membawa cerita anda, karakter anda menjadi hidup. Penggambaran adalah interaktif, mengajak pembaca berpartisipasi dalam pengalaman menurut imajinasinya.
Kalimat 'menulis' atau bercerita. Misalnya: "Engkau memang orang yang rendah." Dia berkata dengan marah.
Kalimat penggambaran dari kalimat di atas akan menjadi: "Engkau memang orang yang rendah." Dani membanting telpon dengan keras dan melemparkannya ke pojok kamar tidurnya. Masih belum puas Dani menjerit dengan geram, menendang kursi belajarnya hingga menabrak tembok. Dan meninggalkan bekas kerusakan yang cukup besar.
Kalimat penggambaran disini mungkin agak panjang, tetapi hal itu hanya ingin menggambarkan betapa marahnya Dani. Daripada ketika pembaca membaca ["Engkau memang orang yang rendah." Dia berkata dengan marah.]. Pembaca tidak tahu emosi marah Dani seberapa atau marah model apa.
Jadi peraturannya "Gambarkan, Jangan Menulis"
1. Gunakan detil. Dengan semakin detil diharapkan pembaca lebih mengerti. Apakah mobilnya bermerek Toyota atau Volkwagen? Warnanya merah darah atau merah apel? Apakah kursi belajar Dani model IKEA atau Futura, misalnya. Kadang merek akan lebih menggambarkan kepada pembaca.
4. Gunakan kalimat yang berstruktur baik. Jangan menggunakan kalimat tanpa subyek misalnya. Hal itu akan membingungkan pembaca. Juga jangan membuat kalimat yang panjang sehingga, subyek dan obyek akan dituliskan duakali misalnya. Kalimat yang sedang akan lebih dieprhatikan oleh pembaca, daripada kalimat pendek akan cepat dilewatkan oleh pembaca; kalimat panjang (sekali) akan membosankan pembaca (sekaligus membingungkan)
6. Tetapi juga jangan membuat dialok yang terlalu panjang hanya untuk membahas suatu topik saja. Tentu hal itu akan membosankan. Tetapi juga jangan terlalu pendek dialoknya. (aih koq cerewet juga yach). Dialok juga ada yang membosankan. Buatlah dialok yang menarik.
7. Kalau pun anda harus mendongeng, just do it. Menggambarkan dan mendongeng juga ide yang menarik. Karena anda tidak perlu harus menjelaskan semua cerita anda. Tetapi dongeng yang cepat juga menarik. Terutama misalnya, mendongeng tentang masa lalu, atau tentang sejarah. Karena semuanya ini tujuannya hanya untuk membuat tulisan anda menarik dan kuat.
Thursday, November 6, 2008
Warisan Crichton
Keinget juga waktu imajinasi dari Dan Brown, terlepas dari maksud pribadinya yang pengen menyuarakan tentang antiKris, menulis Da Vinci Code. Memang semua itu adalah sumbernya dari imajinasi yang dipelintir sedemikian rupa, sehingga sampai kadang kalau dipikir secara logika, ehmm.... masuk akal juga. Maka tidak heran banyak pembaca buku Da Vinci Code yang kesengsem bahkan terbingung terhanyut dengan cerita fiksi tersebut sehingga menyangka ada suatu kebenaran dari cerita fiksi tersebut.
Inilah seni dengan mewujudkan imajinasi seorang seniman untuk dinikmati. Tentu karena cerita tulisan Dan Brown berkenaan dengan kekristenan tentu saja itu merupakan penghujatan bagi umat Kristen. Tetapi bagi kacamata seorang seniman, itulah seni. Kadang memang seni akan kontradiksi dengan kenyataan bahkan dengan kebenaran. Tentu saja sebagai anak Tuhan, jika seni itu melawan Kebenaran, adalah suatu dosa.
Karena seni diciptakan Tuhan untuk memuliakan namaNya. Manusia yang mengola seni untuk bisa dinikmati oleh sesama, menjadi berkat bagi sesama untuk mendekatkan diri kepada Kebenaran. Bukan sebaliknya menjauhkan Kebenaran. Maka sebagai seniman akan mengatakan bahwa seni itu berlawanan dengan agama atau khususnya dalam hal ini kekristenan.
Sebenarnya tidak. Karena manusia berdosa maka manusia mengelola seni, melihat seni dari kacamata manusia yang berdosa. Seni yang melanggar Kebenaran bagi mereka bukan dosa. Kiranya warisan Crichton sebagai penulis tidak semakin menjauhkan manusia dari Tuhan. Karena talenta yang dimiliki seseorang adalah pemberian Allah. Maka kiranya dia dapat memakai talentanya tersebut untuk memuliakan Tuhan.