Thursday, November 8, 2007

400

Kalau anda menduga ini ada hubungannya dengan judul cerita film 300, maka anda salah besar. Apalagi kalau anda menduga ini adalah judul lanjutan dari film 300, maka anda sudah salah besar, malu-maluin dech.

Apaan 400? Begini lho, aku mendengar seorang novelis bercerita bahwa dia menulis novel dengan 100.000 kata. Maka kalau dia mendisiplin dirinya dengan menulis hanya 400 kata setiap hari (seminggu dalam 5 hari menjadi 2.000 kata) maka novel 100.000 kata akan dapat selesai dalam waktu 50 minggu.

Ini kalau anda menulis hanya 400 kata, kalau anda menulis 800 kata maka proses kepenulisan novel tersebut akan semakin pendek separuhnya, dan total penulisan hanya menjadi 25 minggu alias kira-kira 6 bulan atau setengah tahun.

400 kata kalau diketik dalam program Microsoft Word dengan 2 spasi maka hasilnya kira-kira hanya 2 halaman. Kalau 800 kata ya tentu menjadi sekitar 4 halaman. Misalnya saja 400 kata, wah masa 2 halaman per hari kagak bisa sich?

Khaled Hosseini dalam novel terbarunya A Thousand Splendid Sun, kira-kira menulis 103.700 kata. Jika ditulis dalam program Microsoft Word dengan 2 spasi di atas kertas folio A4 akan menghasilkan sekitar 438 halaman.

Tapi kalau kita berangan-angan, wah apa begitu mudah ya menulis novel itu? Sehari 2 halaman. Lah wong aku menulis blog ini aja sampai disini baru berjumlah 210 kata. Maka wejangan penulis kondang lainnya mengatakan untuk membuat outline, kerangka atau frame. Supaya kagak lupa cerita besarnya itu gimana. Dan tidak membingungkan supaya alur cerita yang mau ditulis juga mengalir dengan baik serta enak dibaca oleh pembaca.

Dalam pembuatan kerangka atau outline juga ada penulis yang menentang dikarenakan seakan frame itu membatasi ide menulisnya. Tergantung juga. Kalau ada penulis yang bisa cermat mengingat di kepalanya tentang apa mau diceritakan dalam novelnya, tanpa harus membuat outline, ya monggo aza.

1 comment:

Anonymous said...

"Dalam pembuatan kerangka atau outline juga ada penulis yang menentang dikarenakan seakan frame itu membatasi ide menulisnya."

Wah, rasanya saya tahu penulis dengan tipe seperti itu. Kalau nggak salah Stephen King termasuk yang demikian. He, he, saya termasuk yang dipengaruhi olehnya, terutama setelah membaca bukunya, On Writing itu. Bedanya, sampai saat ini saya masih harus belajar banyak hal dan belum sempat lagi menuangkannya. Pernah menulis dongeng, tapi teman saya berujar kalau penokohannya kurang kuat. Kalau kelak nganggur, mungkin baru bisa benar-benar terwujud. He, he.