
Darimana saja ide-ide itu berbanjir ria ke kepala saya? Waktu membaca buku, baru satu paragraf sudah timbul satu ide. Di laen kesempatan baru membaca satu kalimat, timbul lagi ide laen. Membaca artikel di internet, timbul ide satu lagi. Waktu menonton filem di bioskop, timbul satu lagi. Waktu saat teduh membaca Alkitab, timbul lagi. Wah gawat, saya enggak bisa menghentikan banjir ide ini. Saya harusnya berhenti membaca, atau menonton, atau mendengar, atau membau atau atau yang laennya. Supaya banjir ide agak lebih surut.
Itu pengalaman banjir ide saya. Mungkin Anda pernah mengalami dengan kejadian yang lain. Lalu apa seh ide itu? Menurut kamus umum begini bunyinya, konsep yang yang muncul didalam pikiran sebagai hasil dari pengertian mental (emosi), kepekaan, impresi, opini, pandangan, kepercayaan atau aktifitas. Kalau diteliti lebih lanjut dari segi psikologi bakal lebih ribet.
Tapi setelah berpikir dengan lebih tenang (tadinya kan lagi 'hot') masa kita toh yang menghasilkan ide itu? Memang lingkungan sangat membantu kita mencetuskan ide. Dan paling dasar dari semua itu adalah yang memulai segala sesuatu kan? Tuhan. Dia yang mencipta manusia, dia yang memberi otak untuk berpikir, dia juga yang memberi ide, sumber inspirasi.
Ada yang beri ide, kalau Anda mampet ide ya minta dunk sama yang punya Ide, sumber Ide. Maka engga menyalahi aturan, kalo sebagai penulis (meski belom prof) baru penulis blog, minta ijin, kulo nuwun sama yang punya Ide sebelom Anda memulai menulis.
Ide, inspirasi, ilham; kalau dalam Alkitab yang paling mendekati adalah kata wahyu, visi. Seperti yang ada di: "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum." Amsal 29:18 atau "dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar." Ef.1:17.
Dengan jelas bahwa wahyu adalah pemberian, dibukakan dari Allah kepada manusia. Wahyu, yang kita sebut saja sebagai ide/ ilham/ inspirasi datangnya bukan dari diri kita sendiri. Tapi diberi. Jika pemberian itu telah kita terima, selayaknyalah kita 'mengembalikan' kepadaNya.