Tuesday, July 31, 2007

Pentingkah Keberadaan Komunitas Penulis?

Oleh: Marco

Jika menyimak proses kreatif para penulis besar, Anda bisa melihat seberapa besar peran komunitas yang pernah mereka ikuti. Komunitas di sini mengacu pada suatu wadah bagi mereka yang memiliki kesamaan minat dan gagasan spesifik. Maksudnya tentu untuk mengembangkan minat atau melakukan sesuatu yang lebih besar lagi. Misalnya, membuat majalah, buku antologi, atau mengadakan lokakarya penulisan untuk masyarakat di daerahnya, dan sebagainya.


Ada perbedaan antara komunitas dan organisasi. Komunitas biasanya lebih bergerak bebas dan tidak terlalu bersifat hierarkis. Kalaupun ada, pembedaan tersebut biasanya lebih pada pembagian tugas. Lagipula sebuah komunitas tidak perlu berbadan hukum.


Berbagai Jenis Komunitas Penulis

Dari sisi dinamika anggotanya, komunitas penulis (mencakup penulis fiksi maupun nonfiksi; puisi maupun prosa) mungkin bisa dibagi dua. Pertama, komunitas yang menekankan aspek mentoring. Dalam komunitas seperti ini, akan ada beberapa orang yang dianggap lebih senior atau berpengalaman dibandingkan anggota lainnya. Mereka yang mengikuti komunitas tersebut berharap akan memperoleh ilmu dari pengalaman penulis senior tersebut. Sebaliknya, anggota senior itu juga akan memperoleh tempat untuk membagikan ilmu termasuk idealismenya. Jenis komunitas yang kedua tidak menekankan pada mentoring seperti di atas. Alasannya, proses belajar dan mengajar dianggap dapat terjadi di antara anggotanya sendiri. Jadi, seorang penulis senior pun tidak akan merasa terbebani dengan tugas sebagai mentor. Sebaliknya, anggota lain juga bisa lebih bebas mengutarakan pandangan dan pendapatnya.


Kenapa Komunitas?

C.S. Lewis maupun J.R.R. Tolkien (penulis “The Lord of The Rings”) pernah berada dalam suatu komunitas bernama Inklinks. Mereka mengatakan bahwa komunitas mereka tersebut ibarat kawah candradimuka yang mematangkan mereka dalam berkarya. Dalam komunitas yang diikutinya, karya yang diperkenalkan Lewis (termasuk "The Chronicles of Narnia") justru beroleh kritik bahkan dibantai oleh rekan-rekan komunitasnya. Sedikit mirip dengan itu, semasa hidupnya, Jean Paul Sartre lebih sering menghabiskan waktunya di kafe untuk berdiskusi. Dengan demikian, pikirannya pun terasah sampai ia menuangkannya dalam berbagai tulisan.


Di negeri sendiri, tidak sedikit penulis yang telah meretas jalannya sendiri di dunia penulisan tanah air. Mereka berangkat dari komunitas-komunitas yang pernah dan masih ada. Komunitas-komunitas tersebut di antaranya Bunga Matahari, Komunitas Bambu, Komunitas Merapi, Akademi Kebudayaan Yogyakarta, Kesasar, atau yang berbasis internet semisal Forum Lingkar Pena, Bumimanusia, dan lain lainnya.


Keberadaan komunitas juga akan membantu para penulis dalam menghadapi sejumlah persoalan yang masih banyak menghampiri penulis pemula. Misalnya saja masalah dana, karya yang masih belum berkembang, komunikasi dengan penerbit, bahkan sampai yang berkenaan dengan selera pembaca. Tak jarang melalui komunitas pulalah masalah seperti ini teratasi secara bersama-sama.

No comments: