Di zaman media cetak dan elektronik seperti televisi, radio, internet yang dengan cepat menghadirkan berita aktual setiap harinya, majalah (gereja) terbitan berkala ternyata tetap mampu bertahan. Majalah ternyata memunyai kekuatan tersendiri dalam menjaga eksistensinya. Ia bisa lebih berfokus pada pembacanya, misal majalah keluarga, wanita, pecinta buku, hobi, lingkungan hidup, sampai rohani. Sisi inilah yang ditawarkan.
Fenomena munculnya majalah gereja menunjukkan adanya sinyalemen positif. Sedikit banyak keberadaannya memberikan pengaruh besar kepada perkembangan sebuah gereja. Selain untuk tingkatkan keimanan, setiap jemaat juga dapat saling kenal, kuatkan iman, khibur, bahkan saling nasihati. Kita dapat membayangkan kehidupan gereja itu semakin hidup dengan hadirnya media tersebut. Juga jangan membatasi lingkup, banyak majalah dari beberapa gereja besar yang berkembang di luar gerejanya.
So, diperlukan kerja keras dari berbagai pihak. Jangan hanya menjadi majalah yang musiman, sebentar tampak, setelah itu tidak terdengar lagi gaungnya. Maka dari itu diperlukan riset sederhana. Tujuannya adalah mengetahui keinginan dan kebutuhan pembaca. Petakan karakteristik (calon) pembaca, rumuskan data demografis (umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, pekerjaan,), dan psikografi (
Gempuran media luar akan selalu gencar, namun dengan perencanaan yang serius & matang baik dari pengurus gereja, pendeta, majelis, atau aktivis gereja, bukan tidak mungkin majalah gereja dapat digemari dan menjadi berkat tersendiri.
SIAPA YANG KERJA?
Tentukan siapa saja yang akan mengelolanya, mulai dari pengamat masalah, organisator, akuntan, penulis, sampai ke pemasar. Tentu saja para pegawai administrasi harus terlibat, tapi mereka biasanya sibuk. Karena itu buka peluang bagi pemberdayaan jemaat.
SIAPA YANG KONTRIBUSI?
Kemudian, ada baiknya diadakan pelatihan menulis. Selain memperkenalkan dunia penulisan kepada warga gereja, pelatihan seperti ini bukan tidak mungkin akan menghadirkan generasi penulis Kristen.
SIAPA YANG BIAYAI?
Bagi gereja yang mapan finansial, hal ini tentu tidak berarti. Namun, bagaimana dengan gereja yang kecil?