Wednesday, May 23, 2007

Dari Buku ke Layar Perak: Bridge to Terabithia

Oleh: Annabelle Robertson (& sumber internet)

“Imajinasi sering membawa kita ke dunia yang tidak pernah kita alami.” Demikian tulis penulis terkenal Carl Sagan, “Tetapi tanpanya kita tidak pernah mencapai sesuatu.”


Katherine Paterson mengerti akan hal itu. Penulis buku anak-anak yang telah memenangkan Newberry Award (penghargaan pada buku yang mempunyai imajinasi yang kuat). Bridge to Terabithia pertama kali diterbitkan pada tahun 1978 menjadikan literatur klasik, menjadikan Paterson sebagai salah satu penulis buku anak-anak yang digemari pada abad ini. Dan tahun ini si telinga anjing telah sampai ke layar perak dengan inkarnasi modern.


Salah satu tujuan penulisan buku Bridge to Terabithia ditujukan untuk David Lord Paterson, salah satu anak Katherine Paterson, yang menceritakan tentang Jess Aarons, seorang anak laki yang berusaha untuk menjadi seorang pelari tercepat di sekolahnya. Tetapi Jess dikalahkan oleh seorang anak baru di sekolahnya, dan anak itu adalah seorang gadis.


Leslie Burke nama gadis itu, dan mempunyai segalanya. Kaya, pandai dan pelari cepat. Tetapi ketika Jess membawa Leslie ke tanah imajinasi para raja, ratu, raksasa dan mahkluk oger, Jess baru menyadari bahwa Leslie bukan seperti yang dia sangka, Jess menemukan teman yang sejati. Bukan itu saja, permainan yang sama mereka sukai akan mengajar mereka tentang kebenaran dalam hidup.


Bridge to Terabithia dibawa ke layar perak oleh David, putra dari Paterson, yang rupanya mengikuti jejak ibunya. Katherine Paterson adalah seorang mantan misioneri dan istri dari hamba Tuhan gereja Metodhist yang telah pensiun menceritakan sedikit latar belakang tulisannya.


Bagaimana perasaan Anda melihat buku anda menjadi sebuah film?

Sejujurnya, ketika saya menulis novel, saya tidak pernah tahu bahwa ada orang lain yang mengerti tulisan saya dan saya tidak pernah bermimpi akan menjadi buku klasik, bahkan akan berkembang seperti ini. Hal itu merupakan suatu keajaiban, mungkin karena buku itu bercerita tentang kehidupan dari pembaca itu sendiri, sehingga seakan pembaca sendiri yang mengalami seperti apa yang ada di buku.


Anda juga telah menerbitkan dua buku tentang malaikat yang mana ditulis ketika suami anda ingin membacakan sebuah buku pada jemaatnya pada malam Natal, tetapi dia tidak dapat menemukan buku yang cocok. Apakah cerita tentang malaikat itu merupakan tulisan dimana anda memulai karir anda dalam menulis?


Saya tidak menerbitkan novel apapun ketika saya memulai menulis cerita tersebut. Saya pernah menulis sebuah buku untuk gereja protestan, sebuah cerita untuk pelajar kelas 5 dan 6. Tetapi saya suka menulis, maka saya memutuskan untuk menulis. Saya juga pernah menerbitkan sebuah cerita di sebuah majalah dari gereja Katolik. Tetapi itu merupakan perjalanan tujuh tahun saya menulis sebelum saya menerbitkan buku. Dan saya selalu menjadi seorang pembaca.


Mengapa anda memutuskan menulis dengan tema anak-anak dan remaja?


Terus terang saya tidak tahu apa yang saya tulis. Tak seorang pun mengajar saya dalam menulis. Saya pernah menjadi misioner di Jepang dan merasa percaya diri dengan seting cerita disana. Seperti saya kembali ke Jepang. Jadi saya menulis tiga novel saya yang pertama. Tetapi saya tidak membuat keputusan yang matang. Selama tujuh tahun saya menulis tetapi tidak pernah diterbitkan. Dan saya menulis banyak hal dari fiksi, non fiksi, puisi, artikel. Kemudian seorang teman dari Maryland (Amerika) memperlihatkan tulisannya. Dia membawa saya ke kelas menulisnya pada sekolah malam. Mereka menawarkan pelajaran menulis cerita anak, dan saya memutuskan untuk mengambil pelajaran itu. Saay pun memulai menulis cerita anak. Saya menulis satu cerita setiap minggunya. Atau kata lainnya saya dapat menulis satu bab setiap minggu. Demikian saya menulis novel saya yang pertama dengan 14 bab, tetapi saya tulis dengan penuh disiplin.


Bagaimana dengan cerita malaikat?


Anda tahu, ada yang lucu mengenai cerita tersebut. Pertamanya saya akan kirim ke penerbitan buku dengan denominasi yang sama dengan gereja saya, tetapi mereka berkata, “Tak seorang pun mau membaca tentang malaikat lagi.”


Tentu penerbit itu akan menyesal jika dia tahu cerita anda akan menjadi sukses.


Ya. Tetapi saya pikir penerbit Kristen takut menerbitkan cerita fiksi. Karena imajinasi dapat keluar dari ajaran tradisi. Akhirnya saya menunjukkan tulisan saya ke sebuah penerbit dan dia berkata dia ingin menerbitkannya.


Berapa anak Anda, dan bagaimana Anda membagi waktu menulis dan waktu mereka dan waktu sebagai seorang istri pendeta?


Saya mempunyai dua orang anak kandung saya dan dua orang anak angkat. Anda tidak akan menunggu untuk mendapatkan inspirasi menulis ketika Anda mempunyai anak. Lakukan segera apa yang Anda dapat tulis.


Lalu bagaimana dengan Bridge to Terabithia, bagaimana Anda mendapatkan inspirasinya?

Ketika anak kami David berumur tujuh tahun, dia mempunyai seorang teman baik bernama Lisa Hill, berusia delapan tahun, meninggal dunia tersambar oleh petir. Dari persahabatan itu saya mendapatkan ide, saya mencoba menulis dan memilah-milahnya. (maka tidak heran di cerita Bridge to Terabithia, tokoh Leslie meninggal dunia)


Bagaimana Anda tahu persahabatan mereka?


Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan, anak-anak mempunyai kehidupan pribadi juga. Saya mengembangkan tulisan saya dari masa anak-anak saya. Saya tinggal dibanyak tempat karena kami sering berpindah tempat dan saya selalu membuat tempat rahasia bagi saya pribadi. Saya mempunyai tiga saudara perempuan dan seorang saudara laki tetapi saya berada di tengah, jadi saya bermain sendiri. Saya mengarang cerita sendiri dan memainkannya sendiri.


Bagaimana perasaan Anda ketika buku Anda diterbitkan?


Saya tidak dapat mempercayainya. Saya berpikir itu buku pribadi saya. Saya tidak yakin kalau editor akan menerbitkannya. Lalu setelah diterbitkan, saya masih juga tidak percaya dengan tanggapan dari pembaca.


Apa yang terjadi ketika Anda tahu bahwa buku Anda sukses?


Bridge to Terabithia memenangkan penghargaan Newberry pada bulan Januari, setelah diterbitkan pada musim gugur. Pada saat itu, mereka menelpon Anda, dan telpon berdering pada jam lima pagi. Seorang teman memenangkan pernghargaan yang sama, suaminya membuka sebuah botol anggur pada pagi hari itu. Tetapi tidak demikian dengan suami saya, dia turun ke bawah dan memberikan saya segelas susu.


Putra Anda David menjadi salah seorang penulis skripsi dari film Bridge to Terabithia. Tentu dia mempunyai latar belakang yang kuat dalam bidang literatur. Apakah Anda membimbing dia untuk menjadi seorang penulis?


Tidak, dia seperti saya. Dia tidak tahu apakah dia akan menjadi seorang penulis atau tidak. Dia suka menggambar. Dia akan menikahi Mary (anak angkat saya).


Apakah film itu ide David?


Dia berkata kepada saya bahwa dia sudah mengerjakan hal itu selama tujuh belas tahun. Saya berkata hal itu tidak mungkin. Tetapi dia membantah bahwa dia akan menunggu Walden Media, karena dia berpikir tidak banyak perusahaan film menyukainya. Siapa yang ingin memfilmkan buku anak-anak? Ternyata Walden yakin banyak orang akan menonton film yang diangkat dari buku anak-anak tersebut.


Apakah Anda mempunyai kekuatiran bahwa film tersebut akan berbeda dengan buku Anda?


Salah satu kekuatiran saya adalah lokasi Terabithia. Selama tigapuluh tahun pembaca akan mempunyai imajinasi sendiri tentang Terabithia. Saya mengerti film dan buku tidak dapat 100 persen sama, tetapi yang saya harapkan tidak selisih banyak. Saya mengerti bahwa Terabithia pada tahun 70 an tidak sama dengan Terabithia tahun 2007.


Apakah Anda juga berkecimpung dalam produksi film tersebut?


Saya sangat mempercayai David, dan beberapa kali dia meminta saya untuk menulis surat atau menelpon. Dan itu yang membedakan Walden dengan media yang lain, mereka masih memandang kepada penulis.


Sejauh mana David ikut ambil bagian dalam produksi film?


Tentu Anda tahu jika Holywood membuat film, mereka akan membuat sedramatis mungkin untuk mempengaruhi emosi penonton. Tetapi saya menginginkan semangat dan ide cerita yang saya ambil dari kisah nyata itu tidak hilang begitu saja. Ketika saya melihat pemutaran film sebelum beredar untuk penonton, saya merasa puas, bahwa film tersebut tidak jauh dari bukunya, dan masih setia pada ceritanya.


Kapan Anda mengetahui bahwa Anda ingin menjadi seorang penulis?

Sebenarnya saya tidak mempunyai keinginan untuk menjadi seorang penulis. Sejak umur sepuluh saya bercita-cita untuk menjadi bintang film atau misioner. Ketika saya berusia duapuluh saya ingin menikah dan mempunyai banyak anak. Anda tahu bahwa saya lahir di keluarga misioner ketika orang tua saya betugas di Tiongkok, tepatnya di Sanghai.


Kapan Anda mulai menulis?


Seingat saya ketika waktu saya berusia tujuh tahun saya sangat rindu ayah saya, karena beliau harus keluar untuk misi sedangkan saya hanya tinggal dirumah. Maka saya mulai menulis surat kepada ayah saya. Dan dalam keadaan perang antara Tiongkok dan Jepang maka kami harus kembali ke Amerika, dan harus berpindah-pindah kota karena kami hendak kembali ke Tiongkok setelah perang berakhir. Penantian kami masih lama rupanya, tetapi kebiasaan saya untuk menulis surat masih berlangsung. Hingga saya masuk ke perguruan tinggi, saya suka membaca buku dan menjauhi matematika.


Mungkin hidup saya sebagai seornag penulis dimulai pada tahun 1964. Gereja protestan dimana saya merasa berhutang kepada mereka karena mereka telah membiayai saya sewaktu saya menjadi seorang misioner di Jepang, meminta tolong saya untuk membuat materi kurikulum untuk kelas lima dan enam. Dari sana saya disibukkan dengan proyek tulis menulis tersebut.


Hal itu membuat saya ‘terikat’ olehnya dan saya menyukainya. Dan saya tidak menyadari kalau tulisan saya waktu itu tidak bagus, tak ada penerbit satu pun yang mau menerbitkan buku saya. Maka seorang teman di Maryland merasa kasihan pada saya dan mengajak saya untuk mengikuti sekolah kepenulisan pada malam hari.


Bagaimana Anda dapat menulis cerita seperti Bridge to Terabithia?


Pertama, karena saya cinta cerita fiksi dan saya membaca buku fiksi daripada non fiksi. Kedua, saya ingin berbagi cerita dengan anak-anak untuk mengerti apa arti hidup bagi mereka. Saya ingin anak-anak mengerti akan realita kehidupan yang sebenarnya. Maka itu saya membuat cerita seperti sebuah jembatan dari cerita imajinasi dan cerita kehidupan sebenarnya.


Nama Terabithia, saya pikir saya ambil dari buku CS Lewis, ‘Voyage of the Dawn Treader’ yang mengambil nama pohon tarbantin (Kejadian 12:6; 13:18: 14:13).


Apakah Anda mempunyai nasehat bagi penulis pemula dan bagaimana jika mereka mendapatkan masalah?


Saya hanya mengingatkan, kembali ke dasar kepenulisan. Tetaplah membaca. Mulailah menulis. Jika anda menemui kesulitan dalam menulis, luangkan waktu melakukan hal lain yang anda sukai selain menulis. Kemudian kembali lagi menulis dengan semangat yang segar.

Thursday, May 10, 2007

Donna VanLiere dan Sepatu Natal

Donna VanLiere adalah penulis penjualan terbaik dari seri Harapan Natal (Christmas Hope) versi New York Times dan USA Today, yang mana buku lainnya berjudul Sepatu Natal (Christmas Shoes) dan Berkat Natal (Christmas Blessing). Suaminya adalah manajer dari kelompok penyanyi Kristen Newsong. Dan Newsong menyanyikan lagu Sepatu Natal yang selalu menjadi lagu populer banyak radio di Amrik setiap hari Natal.

Aku lahir dan besar di Northeastern Ohio. Musim dingin disana banyak salju dan dingin. Aku akan menunggu di garasi mobil sambil melompat dan bergerak-gerak untuk menghangatkan tubuh, dan ketika kulihat bis sekolah berhenti di seberang jalan, tanpa menghiraukan salju yang betumpuk aku berlari menuju bis sekolah tepat pada waktunya. Aku teringat menulis cerita pertamaku pada waktu sekolahku dulu. Aku berada di kelas dua. Aku menulis seekor beruang dan keluarganya tetapi aku tak mau mengingatnya lagi setelah halaman pertama ketika seorang anak laki bernama Mike mengintip tulisanku dan berkata mengapa aku menulis cerita yang bodoh mengenai seekor beruang. Aku berharap aku menyimpan cerita itu dan menyelesaikannya. Setelah itu aku mengalami hal yang paling sulit dalam menulis…..memulai sesuatu.


Jika ada tanda yang mengingatkanku untuk menjadi seorang penulis semasa sekolah menengahku, aku takut untuk kehilangannya. Aku pun menulis waktu itu untuk majalah sekolah dan kapanpun mereka memerlukan cerita untuk pertunjukkan. Di perguruan tinggi aku mendapatkan kesempatan yang lebih besar. Aku belajar tentang penyiaran dan teater, tetapi sekali lagi aku tidak menemukan tanda selama masa itu.


Setelah aku menikah, kami pindah ke Nashville. Aku menulis terus hanya sebagai pekerjaan sampingan, aku tidak pernah berpikir bahwa aku dapat hidup dengan hanya menjadi seorang penulis. Pekerjaan teater, iklan dan radio menolongku membiayai hidupku karena aku mempunyai latar belakang pendidikan di area tersebut. Tetapi panggilan untuk menjadi penulis tetap ada pada diriku. Karena dorongan yang tak pernah berhenti tersebut, maka aku memutuskan untuk menulis apa yang suka kubaca yakni cerita.


Buku pertamaku adalah They Walked with Him (Penerbit Howard, 2001) berisi tentang kisah hidup para rasul. Buku kedua, Sheltering Trees: The Power, Promise and Refuge of Friendship (Penerbit Howard, 2001) tentang persahabatan dari orang-orang ternama baik dia itu artis, penulis dan pembicara misalnya seperti penyanyi country Randy Travis dan pembicara motivasi Zig Ziglar. Yang tak pernah aku harapkan, buku kedua ini menerima penghargaan Silver Angel Award (penghargaan dari organisasi di Kalifornia untuk segala media yang berisi tentang moral, etika dan sosial).


Dan kemudian tibalah Sepatu Natal. Temanku Eddie Carswell, penyanyi dari kelompok Newsong memberitahu bahwa dia sedang menulis sebuah lagu Natal. Dia bertanya bagaimana membuat lagu Natal yang indah. Dan kukatakan padanya, hal itu dimulai dari cerita yang indah dari sebuah buku. Akupun mulai membuat kerangka (outline) sehingga aku dapat membuat alur cerita dan karakter. Sementara itu Newsong telah mengeluarkan album Natal, Sepatu Natal (The Christmas Shoes) pada musim dingin tahun 2000. Dalam tiga minggu lagu itu telah berada di puncak tangga lagu dari Billboard, menjadi salah satu lagu yang mencapai puncak tangga nomer satu yang tercepat.




Penerbit St. Martin menerbitkan novel The Christmas Shoes pada akhir bulan Oktober 2001 dengan cetakan pertama sebanyak 300.000 eksemplar. Delapan edisi cetakan diterbitkan lagi setelah itu. Dan diperkirakan sebanyak 2.000.000 buku terjual habis dua minggu sebelum Natal 2001, pembaca pun rela untuk menunggu cetakan edisi berikutnya.


Dan buku ini masuk dalam daftar The New York Times Bestseller dan stasiun tv CBS membuatnya film tv pada 1 Desember 2002 dengan bintang utama Rob Lowe (The West Wing) dan Kimberly Williams (Father of the Bride). Film The Christmas Shoes menduduki peringkat ketiga yang paling banyak ditonton pada minggu tersebut. CBS memutar ulang pada Desember 2003 bersamaan pada malan itu juga diputar film Titanic, seorang direksi CBS mengatakan, “The Christmas Shoes menenggelamkan Titanic (secara banyaknya penonton).”


Catatan:

Tahun 2005 CBS membuat film televisi The Christmas Blessing (peringkat kedua dari film televisi yang paling banyak ditonton tahun itu). Buku terbaru Donna terbit tahun 2006 dengan judul The Angels of Morgan Hill.

Wednesday, May 9, 2007

Kekuatan Pena



Oleh: John Bunyan


Ketika semula aku memegang pena,

Ya, untuk menulis -- aku tidak menduga

Kalau akhirnya akan membuat buku kecil

Seperti ini: Tidak, pena itu kuambil

Untuk menuliskan hal lain; yang, ketika hampir selesai,

Baru kusadari buku ini telah kumulai.

Dan terjadilah demikian: Aku menulis tentang jalan

Dan perlombaan orang-orang kudus, pada masa Injil kita ini,

Yang tiba-tiba berkembang menjadi suatu kisah kiasan,

Mengenai perjalanan mereka, dan jalan menuju kemuliaan,

Dalam lebih dari dua puluh kisah yang kutuliskan:

Inilah yang terjadi, lebih dari dua puluh kisah dalam benakku;

Dan kisah-kisah itu mulai berlipat ganda,

Seperti percikan bara api beterbangan dari batu bara menyala.

Namun, tidak, pikirku, kalau kamu berkembang begitu cepat,

Aku akan membiarkan kamu berkembang dengan sendirinya

Sampai kamu memperlihatkan ketidakterbatasan,

dan menghabiskan buku yang hampir selesai kutulis.

Baiklah, itu yang kulakukan, namun aku tak pernah berpikir

Akan menunjukkan pada seluruh dunia pena dan tintaku

Dengan cara seperti ini; aku hanya berpikir untuk memahami

Apa yang tidak kupahami; aku pun tidak melakukannya

Untuk menyenangkan sesamaku: tidak, sama sekali tidak;

Aku melakukannya untuk kepuasan sendiri.

Tidak pula aku menghabiskan waktu luang

Dengan tulisan cakar ayam ini; aku tidak bermaksud demikian

Namun aku melakukannya untuk menghindarkan diriku

Dari gagasan gagasan buruk

Yang dapat membuatku berbuat salah.

Jadi aku menggoreskan pena pada kertas dengan sukacita,

Dan dengan segera gagasanku mengalir hitam di atas putih.

Dengan cara yang seperti itulah,

Selama aku menuliskannya, kisah itu mengalir;

Aku menuliskannya: Sampai akhirnya kisah ini terselesaikan,

Panjang, lebar dan besar seperti kamu lihat.

Dasar-dasar Penulisan Cerita Anak-anak

Oleh: Korrie Layun Rampan


Cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikatif. Sebuah cerita akar, menjadi menarik jika semua elemen kisah dibina secara seimbang di dalam struktur yang isi-mengisi sehingga tidak ada bagian yang terasa kurang atau terasa berlebihan.


1. Cerita sebenarnya dimulai dari TEMA. Rancang bangun cerita yang dikehendaki pengarang harus dilandasi amanat, yaitu pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Namun, harus dijalin secara menarik sehingga anak-anak tidak merasa membaca wejangan moral atau khotbah agama.


2. Pilar kedua adalah TOKOH, yaitu utama (protagonis) dan lawan (antagonis). Lalu juga disertai tokoh-tokoh sampingan, dan tokoh datar, yaitu tokoh yang ditampilkan secara satu sisi (baik atau jahat). Penokohan harus (seharusnya) memperlihatkan perkembangan karakter tokoh.


3. LATAR. Peristiwa2 di dalam cerita dapat dibangun dengan menarik jika penempatan latar waktu dan latar tempatnya tepat. Latar memperkuat tokoh dan menghidupkan peristiwa-peristiwa yang dibina di dalam alur, menjadikan cerita spesifik dan unik.



4. ALUR adalah rentetan peristiwa yang terjadi di dalam cerita, menuntut kemampuan utama pengarang untuk menarik minat pembaca. Alur dapat dibangun secara kronologis atau episodik, di mana cerita diikat oleh episode-episode tertentu, yang memunyai gawatan, klimaks, dan leraian. Alur episodik ini dapat memberi pikatan karena keingintahuan pembaca makin dipertinggi oleh hal-hal misterius yang mungkin terjadi pada bab selanjutnya.


Alur juga dapat dibangun dengan sorot balik atau alur maju (foreshadowing). Sorot balik adalah paparan informasi atau peristiwa yang terjadi di masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini, sementara "foreshadowing" merupakan wujud ancang-ancang untuk menerima peristiwa-peristiwa tertentu yang nanti terjadi.


Sebuah cerita tidak mungkin menarik tanpa peristiwa dan konflik. Ada konflik pada diri sendiri (person-against-self); dengan orang lain (person-against-person); dan dengan masyarakat (person-against-society). Dengan bantuan bahasa yang memikat, anak-anak merasa senang untuk terus membaca.


5. GAYA menentukan keberhasilan sebuah cerita. Secara tradisional dikatakan bahwa keberhasilan sebuah cerita bukan pada apa yang dikatakan, tetapi bagaimana mengatakannya. Kalimat-kalimat yang enak dibaca; ungkapan-ungkapan yang baru dan hidup; suspense yang menyimpan kerahasiaan; pemecahan persoalan yang rumit, namun penuh tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa kemanusiaan, merupakan muatan gaya yang membuat pembaca terpesona. Bersama elemen lainnya seperti penggunaan sudut pandang yang tepat, pembukaan dan penutup yang beraksen, gaya adalah salah satu kunci yang menentukan berhasil atau gagalnya sebuah cerita.

Lily Christiani, Alumnus Gabriel Post Yang Kini Mendunia

Berbahagialah kamu Elyon, karena walau pelayanan tulis-menulis tidak terlalu dipandang di gereja ini, tapi dari masa ke masa selalu saja ada warga Elyon yang mencuat di dunia ini. Contohnya adalah Lily Christiani, alumnus Gabriel-Post. Kalau kita baca di susunan redaksi media gereja Elyon zaman bahuela 16 tahun lalu ini, tercantumlah nama Lily (anda masih nyimpan?). Ia kini cukup populer di dunia maya berkat tulisannya di weblog-nya: http://aniicen.blogspot.com/. Tercatat kini 8776 pengunjung sejak “open house” pada maret 2006. Atau kalau di rata-rata ada sekitar 20 orang/hari! Menakjubkan bukan?!

Hanya dari pengalaman jadi wartawan remaja selama 2 tahun di Gabriel-Post almarhum itu, ia kini mencatatkan dirinya sebagai blogger yang blognya dinamai: “Fan Vin my Beloved Kids”. Penggemar buku-buku karya Charles R Swindoll ini, “Awalnya saya masuk ke blog seseorang, terus nyoba ngelink ke blog2 orang lain jg. Wah ternyata komunitas blog ini menarik jg krn bisa kenal banyak orang. Yang menarik dari blog adalah, kita bisa mengenal orang tanpa perlu tanya2, spt halnya kalo kenalan via messanger. Krn blog ini sifatnya seperti buku harian (buat saya), jadi kalo ingin kenal lebih dekat tinggal tanya hp /messenger id.”

Coba, simak percakapan lucu yang ia juduli: “Protesnya Tiffany”
(posted 12 April 2007):
Tiff: Ma aku boleh makan ini?
Me: stop, kamu barusan makan, udah kenyang gitu lho
Tiff: mami curang, mami juga gendut koq masih makan banyak
Me: Yah, mami kan dah merit…dah punya anak, jadi ya gpp dong
Tiff: mami curang! mami pelit
Me: Lho fan, mami ini jg ngurangi makan dan ikutan olahraga, krn kalo ndut itu selain jelek, juga ga sehat.


Lily juga menulis pengalamannya sehari-hari, disertai dengan opininya dan perasaannya. Misal, tentang Senam, Imlek, Nyepi, Ultah papanya, atau saat ia bertemu dengan sobatnya! Dan jangan main-main, teman-teman nge-blognya sudah tingkatan internasional!

Membelanjakan waktu sekitar 30 menit/hari untuk menghidupkan blog-nya ini, Lily melihat minimal 5 peran/fungsi/guna blog-nya ini baik bagi dirinya maupun pembacanya: “1. Sarana Hiburan/hilangkan stress, ada blog2 yg isinya lucu, cerita ttg anak, seputar rumah tangga..yg tentunya bisa menghibur.

2. Pembelajaran, ada blog yg isinya, pengalaman hidup yg bersifat manis/pahit...yg bisa kita ambil hikmahnya.

3. Menjalin persahabatan, lewat blog kita bisa kenal dengan banyak orang, dari berbagai kota hingga negara. Dari acara omong2 di dunia maya, bisa berlanjut di acara kopi darat.

4. Promosi, blog adalah sarana promosi yg murah, baik itu promosi diri, anak, dagangan, dll.

5. Menyiapkan warisan buat anak2, warisan otobiografi...semoga tulisan2 di blog ini masih dapat diakses/dibaca 30 tahun ke depan oleh anak2 saya tercinta Tiffany & Vincent.”

Setahunya, dia belum pernah temui 1 orang Elyon pun yang aktif nge-blog. [Aduh Elyon, masak sih gitu??!]. Tapi dia melihat bahwa cukup banyak penulis berbakat di Elyon.